Panglebur Gongso Curuk Pertapaan Prabu Kombo Karno
Diwiyah kabupaten semarang tepatnya
didaerah sumowono terdapat banyak daerah wisata yang sangat menarik dan
banyak dikunjungi wisatawan domestik maupaun wisatawan manca negara.sebut saja
candi gedongsongo ,Jimbaran,Bandungan dan masih banyak lagi yang tidak dapat
penulis sebutkan satu demi satu .Akan tetapi dari sekian banyak objek wisata tersebut ada
tempat yang oleh masyarakat setempat sering dikait kaitkan dengan legenda
ataupun peristiwa masa lalu yaitu curuk atau air terjun Panglebur
gongso.Daerahnya masih perawan banyak pohon pohon besar yang telah berumur
puluhan bahkan ratusan tahun.Untuk menuju sampai ke tempat ini dibutuhkan
keberanian,disamping belum ada kendaraan umum ,fasilitas jalannya belum memadai
,harus melaui jalan setapak.Dari kota semarang bisa naik kendaraan umum menuju
Ambarawa kemudian disambung dengan naik
angkot turun diPasar sumowono dilanjutkan perjalanan kaki sejauh kurang lebih
tujuh kilometer sedangkan untuk sampai dipertapaan Panglebur Gongso harus melalui
kedung, dengan cara berenang,menembus air terjun ,dibalik air terjun ini baru
kita dapat melihat pemandangan yang sangat meyeramkan, sebuah gowa dengan
ornamen stalaknit dan staktinya.Hewan hewan liarpun juga kadang kadang masih
dapat dijumpai seperti kelelawar,babi hutan bahkan ular.Pernah suatu saat
penulis sampai diperkampungan ,kampung ini letaknya hampir dua kilometer dari
lokasi,tiba tiba dikejutkan oleh gaduh riuh penduduk setempat ,bahkan ayam ayam
pun ikut ikutan panik dengan berkokok keras keras,tidak disangka ternyata ada
ular sanca seukuran paha manusia dewasa,dengan panjang hampir lima meter sedang
dikejar kejar dan akhirnya tertangkap.setelah saya tanyakan ular tersebut masuk
kampung pada malam harinya dan telah melahap dua ekor ayam milik
penduduk.karena pengetahuan masyarakat disini mengenahi eko sistem belum dipahami
,ular tersebut dijual,mungkin oleh pembelinya sudah dimakan dagingnya,dan
kulitnya dipergunakan untuk bahan pembuatan tas ataupun pakaian.Seharusnya ular
tersebut dilepaskan dihutan supaya kembali kehabitatnya ,sehingga akan
berkembang biak dan membantu manusia dalam membasmi hama separti tikus , babi
hutan dan lainnya.
Kembali ke
pertapaan,gowa yang penulis ceritakan diatas menurut legenda adalah tempat
pertapaan Prabu Kombo Karno. Dalam certa pewayangan Prabu Kombokarno adalah
adik dari Prabu Rahwono,dalam hidupnya hanya makan dan tidur melulu .Akan
tetapi pada waktu perang dengan pasukan kera yang dipimpin oleh kera putih yang
bernama Hanoman, karena pasukan Rahwana kalah dan terdesak,disamping
senopatinya sudah habis terbunuh ,maka prabu Kumbo Karno dibangunkan paksa oleh
Prabu Rahwono sambil di undat undat untuk maju perang menghadapi pasukan kera
dari Prabu Ranayana,yang dipimpin oleh
kera putih Hanoman. Karena brabu Kumbo Karno merasa tersinggung,maka
disanggupinya tugas tersebut dengan terlebih dahulu memuntahkan semua makanan
yang telahdiberikan kakaknya tersebut,kemudian dengan berpakaian serba putih
berangkatlah ke medan perang.Karena musuh terlalu banyak akhirnya Prabu Kombo
Karno terbunuh dalam peperangan .Didalam gowa Paglebur gongso inilah
arwah Prabu Kumbokarna bersemayam,ada beberapa orang yang berkunjung kedalam
goa dengan berbagai tujuan,ada yang Cuma ingin melihat keindahan alam didalamnya hanya sekedar menuruti
keingintahuannya.tapi banyak pula yang mempunyai beberapa tujuan , seperti
mencari berkah dan lainnya.Apabila ingin coba coba dengan membawa
sebotol minuman keras sejenis arak, dan dibuka , maka bau merangsang arak
tersebut akan memancing arwah Prabu kumbokarno mengeluarkan suara menggelegar
,suara raksasa yang bangun dari tidurnya.Sebenarnya banyak tempat tempat wisata
yang masih perawan dan berkembang pula didalamnya cerita cerita legenda atau mitos , yang apabila dikemas
secara apik serta fasilitas transportasi dan pendukung lainnya dibangun oleh pemerintah daerah setempat ,
maka akan dapat menggerakkan roda perekonomian derah disekitarnya , akhirnya
masyarakat akan menikmati hasil dan sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar