 |
Penulis dan putri bungsu didepan watu gede |
Selama saya berpetualang baru kali ini menemui
sebuah batu besar utuh dengan ukuran spektakuler,batu ini terletak dipersawahan
dipinggir jalan desa.Tepatnya terletak di desa Tlogomulyo kecamatan Tlogo
Kabupaten Temanggung,Posisi batu sebagian masih terpendam sekitar dua sampai
tiga meter kedalam tanah.Secara kasat mata ukurannya, tinggi 6 meter dari
permukaan tanah, panjang sepuluh meter dan lebar
tujuh meter.Pernah suatu saat akan dipecah oleh tukang pemecah batu
ternyata terlalu keras,bahkan yang bersangkutan jatuh sakit akhirnya sampai
meninggal dunia. Karena desa ini terletak di kaki gunung Sumbing,maka
disekitarnya banyak pula batu-batu besar,kemungkinan sisa material letusan
gunung sumbing pada ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.Tapi sayang sudah
banyak yang dipecah menjadi seukuran batu bata kemudian dijual untuk dijadikan
pondasi rumah dan bangunan lainnya. Karena jauh dari pengaruh kehidupan
perkotaan.maka budaya setempat masih terjaga sampai sekarang, Kegiatan-kegiatan
budaya bahkan dilaksanakan beberapa kali dalam satu tahunnya,seperti nyadran
atau selamatan pemandian nyadran makam dan lain sebagainya.disetiap acara
nyadran pasti disertai dengan pertunjukan pertunjukan kesenian seperti kuda
lumping , wayang kulit ,sandul,ketoprak serta pertunjukan pertunjukan kesenian
setempat lain yang masih dilestarikan hingga kini. Tersebar cerita dikalangan
masyarakat setempat batu besar ini merupakan tempat tinggal para demit setan
peripayangan ,sehingga batu ini kelihatan angker,sehingga ada istilah jalmo
moro jalmo mati sato moro sato mati.Artinya manusia yang mendekat akan
meninggal dunia hewan yang mendekatpun akan mati pula.Akan tetapi sebelum zaman
ramai seperti sekarang ,penghuni atau demit disini sangat membatu masyarakat
setempat serta penduduk disekitar desa Tlogo.sahdan pada dahulu kala untuk
menyelenggarakan acara kesenian seperti
kuda lumping ,wayang kulit dan
lainnya,seperangkat alat musik atau gamelan harus didatangkan dari kabupaten
dengan jarak puluhan kilometer ,sedangkan alat transportasi belum seramai
sekarang,akan tetapi khusus penduduk desa Tlogomulyo dan sekitarnya cukup
menyediakan sesaji ditempat watu gede atau batu besar yang berada di perbatasan
desa itu pada malam hari,pada pagi harinya secara ajaib sudah tersedia
seperangkat gamelan lengkap dengan alat penabuhnya sekalian. Sedangkan untuk
mengembalikannya ,setelah selesai pertunjukan gamelan seperangkat diletakan
didepan batu besar tersebut disertai sesaji pada malam hari,paginya gamelan
seperangkat tersbut sudah hilang secara ajaib pula.Pernah suatu saat ada salah
satu perangkat yang ketinggalan tidak ikut dikembalikan maka terjadilah bencana
alam angin besar ,penduduknya banyak yang sakit,setelah tokoh setempat
diprimpeni atau diberi tahu secara gaib oleh penunggu batu besar itu ,perangkat
yang ketinggalan kemudian dikembalikan,dengan cepat bencana segera reda.Akan
tetepi manusia memang tiada puasnya ,sudah dipinjami gratis lagi ada yang
berpikiran ingin memiliki seperangakat gamelan tersebut.
 |
Penulis didepan watu gede |
Dengan akal bulusnya,seperangkat gamelan yang telah
siap untuk dikembalikan,satu persatu alat alat itu diolesi dengan kotoran
ayam.Harapan orang orang tersebut seperangkat gamelan yang telah diolesi
kotoran ayam dipastikan tidak akan bisa kembali hilang secara gaib,sehingga
gamelan tersebut dapat dimiliki untuk selama lamanya.Bahkan mungkin dalam
pikirannya bisa dijual lantas uangnya untuk membeli keperluan lain dan mungkin
untuk bersenang senang.dasar manusia serakah sudah diberi hati masih merogoh
ampela.
Akan tetapi harapan tinggalah harapan,dari zaman
dahulu sampai zaman sekarangpun segala sesuatu tidak bisa didapat secara
instan,segalanya harus didapat melalui perjuangan,seperangkat gamelan itu
hilang musnah hingga sekarang.Masyarakat desa Tlogopun ikut merasakan
kekecewaan yang sangat mendalam.Karena sejak peristiwa itu hingga saat ini watu
gede tidak mau lagi meminjamkan seperangkat gamelannya.Walaupun telah diadakan
berbagai ritual bahkan telah didatangkan orang pintar dari pelosok negeri tetap
saja sulit untuk mengulangi suatu fasilitas yang luar biasa yang diberikan oleh
danyang dan demit penunggu watu gede.
Semoga peristiwa ini dapat menjadi contoh bagi kita
semua bahwasannya menjadi orang janganlah serakah untuk mendapatkan sesuatu
harus dengan perjuangan bukan dengan cara instan semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar